Indahnya Pendidikan Karakter Bagi Anak

Oleh: Tetsuko Eika (Penulis dan aktivis FLP Jatinangor)       

Siapa yang tak ingin memiliki perangai menawan? Yang akhlaknya senantiasa menjadi teladan, yang hadirnya menuai inspirasi kebaikan, yang keberadaannya mencerahkan lingkungan? Pasti, setiap orang menginginkan perilaku yang baik. Bahkan, seorang penjahat pun pasti akan memilih kaki tangan yang jujur dalam setiap aktivitasnya. Pun, bagi para orangtua, tak ada yang mengharapkan anak-anaknya menjadi brutal. Para orangtua pasti mendamba anak-anak yang memiliki perangai yang menawan, bukan yang urakan ataupun buruk. Ya, semua orang dalam profesi apapun memang menginginkan rekan kerja, sahabat ataupun pendamping hidup yang baik akhlaknya. Memang, pada dasarnya setiap orang ingin memiliki karakter yang baik. Lantas mengapa seseorang bisa memiliki karakter yang buruk?

       Mungkin masih hangat di otak kita beberapa waktu yang lalu, kita marak disuguhi berita tentang “Bang Maman dari Kali Pasir” yang menggegerkan para pendidik dan orangtua. Betapa tidak menghebohkan jika kata-kata yang tidak pantas disampaikan untuk anak kelas 2 SD, disampaikan dengan gamblang di buku Pengenalan Kehidupan Lingkungan Jakarta (PKHKJ) yang sekarang menjadi buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ). Bahkan, kata-kata penuh kekerasan hingga kekejamanpun sering muncul di buku Lembar Kerja Siswa (LKS) anak-anak SD. Ya, pastinya setiap guru akan resah, khawatir murid-muridnya kelak menjadi anak yang seakan-akan perilakunya tidak terdidik gara-gara buku-buku tersebut. Sementara itu, para orangtua was-was putra-putrinya akan menjadi penbangkang. Atau, cobalah nyalakan televisi, hitung berapa program yang tidak menampilkan hedonisme, perilaku konsumtif, dan tindak kekerasan? Sepertinya memang masih sangat sulit kita menemukan program televisi yang memang mendidik. Yang tak hanya mendidik secara keilmuan, namun juga menyentuh nilai-nilai keislaman dan juga menampilkan karakter yang memang baik.

       Diantara gempuran buruk media massa, buku-buku pelajaran yang tidak mendidik, bahkan lingkungan yang tidak kondusif, lalu apa yang harus kita perbuat untuk memperbaiki kondisi tersebut? Ya, kita bisa belajar untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak. Tak hanya nilai-nilai kognisi yang ditingkatkan, rupanya nilai-nilai karakter pun perlu diperindah. Jika kita hanya mempercantik kecerdasan anak saja, sekarang sudah sangat marak orang yang cerdas tapi suka menipu, bahkan kepintarannya digunakan untuk korupsi. Jika kita hanya menjunjung IQ semata, lihatlah sudah sangat banyak pejabat-pejabat kita yang notabene terdidik secara akademik, namun kepedulian mereka pada masyarakat kecil sangat rendah. Bahkan mereka lebih senang memanfaatkan rakyat untuk urusan politik dan kekuasaan. Naudzubillah… untuk itulah, tak hanya pendidikan kognitif saja yang perlu diasah, namun pendidikan karakterpun perlu diperindah.

Sebagai orangtua, atau setidaknya bagi yang belum berkeluarga, perlu diketahui bahwa pendidikan karakter bisa diterapkan pada keluarga kita di rumah. Keluarga yang merupakan lembaga sosial dan pendidikan pertama bagi anak, tentunya harus yang pertama kali mengaplikasikan pendidikan karakter. Lalu, bagaimana pendidikan karakter itu?

Berdasarkan ciri dasar pendidikan karakter yang dicetuskan oleh FW Foerster, kita bisa mengajarkan nilai-nilai normatif, dimana anak-anak diajari untuk menghormati dan menaati norma-norma sosial yang ada. Kemudian dengan membangun rasa percaya diri terhadap prinsip dan pendirian, sehingga tidak mudah terombang-ambing dalam tren-tren yang buruk di lingkungannya. Lalu, membangun sikap komitmen pada anak. Anak diajari untuk memiliki hak otonomi dalam memegang teguh nilai-nilai kebaikan dari norma-norma yang ada. Selepas itu, anak perlu dikuatkan untuk setia terhadap prinsipnya.

Ya, dengan menghadirkan pendidikan karakter pada anak, tentunya anak akan mantap pribadinya. Apalagi, jika kita mengajarkan pula nilai-nilai keislaman bagi anak. Sedari kecil ia telah terbiasa berlaku baik. Sehingga, anak-anak telah kokoh karakternya. Mulai dari usia dini, prinsip kebaikan sudah terhujam kuat di dalam dadanya. Sehingga kelak, ketika dewasa  akan menjadi pribadi yang tak hanya bagus secara akhlak, namun luar biasa pula prinsip keislamannya. Oleh karena itu, para orang tua perlu peduli tentang hal ini. Pastinya, Anda menginginkan putra-putrinya berkarakter dan berakhlak baik, kan? Jadi, marilah kita peduli pada karakter anak-anak kita.

Tinggalkan komentar